Isnin, Februari 13, 2006

Tazkiyyatun Nafs

Salah satu penyakit hati yg patut diwaspadai adalah Riya. Riya adalah ketika seseorang beramal karena ingin dilihat oleh orang lain.

Bahaya Riya

Mengapa perbuatan riya termasuk sebagai penyakit yg membahayakan? Setidaknya ada dua alasan penting:
1. Riya termasuk syirik kecil (yg tersembunyi)
2. Riya dapat menghapus amal shalih kita.

Kedua hal ini tersirat dalam hadits yg diungkapkan oleh Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan pada kalian adalah syirik paling kecil" Para sahabat bertanya : "Apa yang dimaksud syirik paling kecil itu?" Beliau menawab : "Riya`" Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman pada hari semua amal hamba dibalas (hari kiamat) : " Datangilah orang yang dulu kalian tunjukkan amal kalian padanya di dunia, lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka." (HR Ahmad) .

Riya termasuk salah satu penyakit yg bisa menyerang siapa saja, dan ia begitu halus keberadaannya. Sampai dalam suatu keterangan disebutkan bahwa Riya itu bisa dianalogikan sebagai semut hitam yang berjalan diatas batu yg hitam dalam keadaan yg gelap gulita. Salah satu contoh penyakit Riya misalnya, orang yg hanya shalat ketika di hadapan orang banyak, tetapi jika ia sedang sendirian niscaya dia tidak shalat.

Tujuan berbuat Riya

Secara garis besar, ada setidaknya tiga macam alasan kenapa orang berbuat Riya.
1. Untuk bermaksiat.
Misalnya ketika seseorang menampakkan kepada orang lain bahwa ia adalah orang yg selalu menjaga tingkah lakunya, menampakkan ketakwaannya dan memperbanyak amal shalih dll, tetapi tujuannya agar ia dikenal sebagai orang yg amanah, lalu ia mengurusi peradilan, waqaf, zakat atau shadaqah, atau amanah lainnya, sehingga ia dapat mengambil sebagian, atau bahkan mengambil seluruhnya. Riya jenis ini adalah termasuk riya yang paling berat, karena ia menjadikan ketaatan kepada Alloh SWT sebagai tangga untuk melakukan maksiat.

2. Untuk mendapatkan dunia yg dibolehkan.
Misalnya ketika ia ingin menikahi anak perempuan seorang ulama yg ahli ibadah, lalu ia menampakkan ilmu dan ibadahnya agar dinikahkan dengan anaknya. Jenis riya ini lebih ringan dari yg pertama sebab apa yg dicari dengan perbuatannya tersebut memang diperbolehkan (mencari calon istri).

3. Takut dipandang kurang (remeh) oleh orang lain
Misalnya bershadaqoh karena bila ia tidak melakukannya, dia takut dianggap pelit oleh orang lain. Atau seperti orang yg melihat orang lain sedang shalat tarawih, atau shalat tahajjud, atau sedang berpuasa senin-kamis, lalu ia ikut melaksanakannya bersama mereka karena takut dianggap malas. Padahal seandainya ia tidak bersama mereka, ia tidak akan melakukannya sama sekali.

Salah satu contoh riya yg lain adalah misalnya ketika seseorang sedang berpuasa kemudian ia menunjukkan kepada orang lain bahwa ia lemah, letih dan tak bertenaga karena ia sedang berpuasa.

Lantas bagaimana menghindari penyakit riya? Apakah lebih baik bila kita sedang berada di hadapan orang banyak, lalu kita tidak jadi beramal shalih karena takut Riya? Tentu saja tidak. Keikhlasan seseorang dalam beramal tidak ditentukan lokasi dimana ia sedang berada. Bagi orang yg ikhlas, tidaklah menjadi masalah apakah amalnya dilihat oleh orang lain atau tidak. Hal itu tidak akan mempengaruhinya.

Terapi Riya

Setidaknya yg saya temukan dalam buku Tazkiyyatun Nafs (Mensucikan Jiwa) nya Sa'id Hawwa, ada dua tahap yg harus dilakukan agar penyakit Riya tidak menempel pada hati kita.
1. Mengingat-ingat bahaya Riya
2. Selalu berusaha menolak lintasan2 pikiran Riya ketika akan beramal shalih.

Ada hal yg harus kita garisbawahi bersama dalam menyikapi Riya ini.
1. Ketika kita mengkaji dan menghayati penyakit Riya ini, adalah sepatutnya kita menggunakannya untuk menginterospeksi diri kita sendiri, apakah dalam hati kita ada penyakit riya atau tidak. Kalau ada, astaghfirullaah, selanjutnya kita latihan lebih keras lagi supaya kita dapat beramal lebih ikhlas.

2. Ketika ada orang yg beramal shalih dihadapan orang banyak, tidak layak bagi kita untuk seenaknya mencap bahwa orang tersebut sedang berbuat Riya. Yg bisa mengetahui seseorang berbuat Riya atau tidak sebenarnya hanyalah dirinya sendiri dan Alloh SWT.

3. Untuk menghindari dan mengobati penyakit Riya, diperlukan usaha yg keras dan sungguh sungguh, karena hal tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Jadi benar2 diperlukan kesungguh-sungguhan.

Wallaahu a'lam bishawab,

Apri - semogaterhindardaripenyakitriyaketikasayamempublishtulisanini
Referensi: Buku Tazkiyyatun Nafs (Mensucikan Jiwa) karya Sa'id Hawwa

Sumber: http://muslimkl.blogspot.com/2005/04/pengajian-april-penyakit-riya.html



--


NADIE SAKURA E-SHOP
"Allah matlamat kami, Rasul pimpinan kami, Al-Quran perundangan kami, jihad jalan kami, syahid cita-cita kami"
adiemad
012-2900354
http://www.adiemad.com/ver2
1. Air Market
2. Jualan Busana Muslimah, Bahan-bahan ilmiah dll.
3. Web Designing
4. Raja Prepaid
5. Program Affiliate
6. Ruangan Iklan Untuk Disewa

1 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

Looking for information and found it at this great site...
» »