Isnin, November 14, 2005

Agar Cinta Tak Bertepuk Sebelah Tangan

Tips n Tausiyah: Agar Cinta Tak Bertepuk Sebelah Tangan Oleh : Ayat Al
Akrash
sumber: Hudzaifah.org

Engkau ingin berjuang, tapi tidak mampu menerima ujian, rosak oleh pujian,
tidak sepenuhnya menerima pimpinan dan tidak begitu setiakawan

Engkau ingin berjuang, tapi tidak sanggup berkorban, tidak sanggup terima
cubaan dan hanya ingin jadi pemimpin agar pengikut menjadi agak segan

Engkau ingin berjuang, tapi kesihatan dan kerehatan tidak sanggup engkau
korbankan dan waktu tidak sanggup engkau luangkan

Engkau ingin berjuang, tapi dirimu tidak engkau tingkatkan, disiplin diri
engkau abaikan, janji kurang engkau tunaikan dan kasih sayang engkau abaikan

Engkau ingin berjuang, tapi para tamu engkau abaikan, anak isteri engkau
lupakan dan ilmu berjuang engkau tinggalkan

Engkau ingin berjuang, tapi pandangan engkau tidak diselaraskan, rasa
bertuhan engkau abaikan dan iman taqwa engkau lupakan

- Qathrunnada -

Hudzaifah.org - Benarkah engkau seorang pejuang? Mengaku diri sebagai
pejuang, sebagai jundullah, sebagai aktivis, namun akhlak maupun tsaqafahnya
tidak mencerminkan hal itu. Mengaku diri sebagai mujahid, namun niat ternoda
oleh selain-Nya. Inilah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sindir di dalam Al
Qur'an, "Apakah kamu mengira kamu akan dibiarkan saja mengatakan 'kami
beriman' sedang mereka tidak di uji lagi?" (QS. Al Ankaabut: 2-3)

Sang Pejuang Sejati

Masing-masing kita sebaiknya muhasabah diri, apakah kita memang sudah
benar-benar menjadi pejuang di jalan-Nya atau jangan-jangan, baru sebatas
khayalan dan angan-angan kosong belaka. Inginkan syurga, tetapi tidak siap
menggadaikan diri, harta dan jiwa. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di
antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar." (QS. 3:142).

Ya, kita mengira akan masuk surga dengan pegorbanan yang sedikit, seakan
ingin menyamakan diri dengan hukum ekonomi kapitalis, "Mendapatkan output
yang sebesar-besarnya, semaksimal mungkin, dengan input yang seminimal
mungkin."

Aduhai., sesungguhnya hari akhir itu adalah perkara yang besar. Dan syurga
yang luasnya seluas langit dan bumi itu, sangat mahal harganya. Rasulullah
SAW bersabda, "Generasi awal berjaya kerana zuhud dan teguhnya keyakinan,
sedang ummat terakhir hancur kerana kikir dan banyak berangan muluk kepada
Allah."

Saat nasyid-nasyid perjuangan dilantunkan, gemuruh di dalam dada menjadi
berkobar-kobar untuk berjuang. Tetapi sayang, ternyata hanya tersimpan di
dalam dada dan semangat itu ikut surut seiring dengan berakhirnya lantunan
nasyid. Tidak keluar dalam amaliyah yang nyata.

Demi Allah., keimanan bukanlah dilihat dari yang paling keras teriakan
takbirnya, bukan pula dari yang paling deras air matanya kala muhasabah, dan
bukan pula dari yang paling ekspresif menunjukkan kemarahan kala melihat
Israel menyerang Palestina. Bukan pula dari yang paling banyak simbol-simbol
keagamaannya. Kerana itu semua hanya sesaat.

Sesungguhnya keistiqomahan dalam berjuang, itulah indikasi keimanan sang
pejuang yang sebenarnya. Pejuang yang sabar menapak hari-hari dengan
mengibarkan panji Illahi Rabbi. Yang selalu bermujahadah mengamalkan Al
Qur'an. Teguh pendirian. Tak kenal henti. Hingga terminal akhir, syurga.

Pengorbanan

Apakah dengan memakai sedikit waktu untuk berda'wah, sudah menganggap diri
telah melakukan total perjuangan? Padahal para nabi tidaklah menjadikan
da'wah ini hanya sekadarnya saja, tetapi sebagaimana dicantumkan dalam Surat
Nuh ayat 5, "....Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang
dan malam." Pun dalam surat Al Muzzamil, "Hai orang yang berselimut,
bangunlah lalu berilah peringatan, dan Rabbmu agungkanlah." Sejak ayat itu
turun, sang nabi akhir zaman selalu siaga dalam kehidupan. Bahkan, hingga
menjelang ajalnya, Rasulullah tengah menyiapkan peperangan untuk menegakkan
Al Haq.

Sang pejuang, tetapi makanannya adalah sebaik-baik makanan, dan pakaiannya
adalah sebaik-baik pakaian.

Dan dengan tanpa rasa berdosa, asyik menonton drama-drama cinta dan acara
gosip, mendengar lagu-lagu cinta, berghibah, perut kenyang, banyak tidur,
dan mengabaikan waktu, lalu berharap mendapatkan syurga? Sangatlah jauh.
bagaikan pungguk merindukan rembulan. Alangkah berbezanya dengan yang
dicontohkan Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, Mush'ab bin Umair dan para
sahabat yang lainnya. Yang setelah mendapatkan hidayah, mereka justeru
menjauhi kemewahan hidup. Mereka mampu secara ekonomi, tetapi mereka tidak
rela menikmati dunia yang melalaikan.

Seorang pejuang harus memahami jalan mendaki yang akan dilaluinya. Sang Nabi
tak pernah tertawa keras apatah lagi terbahak-bahak. Dan hal itu dikeranakan
keimanan yang tinggi akan adanya hari akhir, akan adanya syurga dan neraka.
Ada amanah da'wah yang besar di pundaknya, lantas bagaimana mungkin seorang
pejuang akan banyak bergurau? Dan dikisahkan pula bahwa Sholahuddin Al
Ayyubi tak pernah tertawa kerana Palestina belum terbebaskan.

Keringnya suasana ruhiyah di kalangan kita, boleh jadi kerana di antara kita
-saat di luar halaqah- jarang saling bertaushiyah tentang hari akhir. Bahkan
sungguh aneh, dapat tertawa dan tidak menyemak ketika Al Qur'an dibacakan di
dalam pembukaan ta'lim. Atau saat kaset murottal diputar, berborak tak
mengindahkan. Yang menggambarkan bahwa Al Qur'an itu baru sampai di
tenggorokan saja. "Akan tiba suatu masa dalam ummat ketika orang membaca Al
Qur'an, namun hanya sebatas tenggorokannya saja (tidak masuk ke dalam
hatinya)." (HR. Muslim). Dimanakah air mata keimanan? Ya Rabbi., ampunilah
kelemahan kami dalam menegakkan panji-Mu.

Para Pelapis generasi sebaiknya tidak melulu tentang pergerakan dan
mengabaikan aspek keimanan. Keimanan harus sentiasa dihembuskan dimana saja
kerana ia adalah motor penggerak yang hakiki. Iman adalah akar.

Muwashofat Sang Pejuang

Setidaknya, ada 20 kriteria yang harus dimiliki pejuang, yang disarikan dari
Al Qur'an dan hadits, iaitu :
1. Aqidahnya bersih (saliimul 'aqiidah) 2. Akhlaknya solid (Matiinul
khuluqi) 3. Ibadahnya benar (Shohiihul I'baadah) 4. Tubuhnya sehat dan kuat
(Qowiyyul jismi) 5. Pikirannya intelek (Mutsaqqoful fikri) 6. Jiwanya
bersungguh-sungguh (Mujaahadatun nafsi) 7. Mampu berusaha mencari nafkah
(Qaadiirun 'alal kasbi) 8. Efisien dalam memanfaatkan waktu (Hariisun 'alal
waqti) 9. Bermanfaat bagi orang lain (Naafi'un lighoirihi) 10. Selalu
menghindari perkara yang samar-samar (Ba'iidun 'anisy syubuhat) 11.
Senantiasa menjaga dan memelihara lisan (Hifdzul lisaan) 12. Selalu
istiqomah dalam kebenaran (istiqoomatun filhaqqi) 13. Senantiasa menundukkan
pandangan dan memelihara kehormatan (Gaddhul bashor wahifdul hurumat) 14.
Lemah lembut dan suka memaafkan (Latiifun wahubbul 'afwi) 15. Benar, jujur
dan tegas (Al Haq, Al-amanah-wasyja'ah) 16. Selalu yakin dalam tindakan
(Mutayaqqinun fil'amal) 17. Rendah hati (Tawadhu') 18. Berpikir positif dan
membangun (Al-fikru wal-bina') 19. Senantiasa siap menolong (Mutanaashirun
lighoirihi) 20. Bersikap keras terhadap orang-orang kafir (Asysyidda'u 'alal
kuffar)

Penutup

Menjadi pejuang, hendaknya bukanlah angan-angan kita belaka. Menjadi
pejuang, memiliki kriteria (muwashofat) yang harus di penuhi. Jangan sampai
kita terkena hadits ini, "Akan datang suatu masa untuk ummatku ketika tidak
lagi tersisa dari Al Qur'an kecuali mushafnya dan tidak tersisa Islam
kecuali namanya dan mereka tetap saja menyebut diri mereka dengan nama ini
meskipun mereka adalah orang yang terjauh darinya." (Ibnu Babuya, Tsawab
ul-A mal).

Pejuang di jalan-Nya hendaknya bukan dari kacamata kita, tetapi dari
kacamata Allah Subhanahu wa Ta'ala. Alangkah ruginya bila kita menganggap
diri sebagai pejuang, padahal dalam pandangan Allah Subhanahu wa Ta'ala,
kita tak ada apa-apanya. Maka, bersama-sama kita memuhasabah diri, agar
cinta kita kepada-Nya bukan hanya angan semata, agar cinta kita tak bertepuk
sebelah tangan. Kerana pembuktian cinta haruslah mengikuti dengan keinginan
yang dicinta. Jika tidak, maka patut dipertanyakan kebenaran cintanya itu.
Cinta sejati, tidak hanya dimulut dan disimpan di dalam dada saja, tetapi
harus dibuktikan, agar sang kekasih percaya bahwa kita mencintainya. Kita
mencintai-Nya dan Dia pun mencintai kita. "Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya.." (QS. Al Maidah : 54 - 56).

Al-faqirah ilaLLah:

"Allah matlamat kami, Rasul pimpinan kami, Al-Quran perundangan kami, jihad
jalan kami, syahid cita-cita kami"
adiemad
012-2900354
NADIE SAKURA E-SHOP
http://www.adiemad.com/ver2
1. Bel'Air Agent
2. Jualan Busana Muslimah, Bahan-bahan ilmiah dll.
3. Ruangan Iklan Untuk Disewa
4. Artikel2 Menarik Dan Berita2 Terkini
5. Radio Online Dll

Tiada ulasan: